Ahok Jamin Pedagang Lenggang Jakarta Tidak Pakai Bahan Kimia
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), secara resmi membuka operasional pusat kuliner Lenggang Jakarta di areal Taman Monas, Gambir, Jakarta Pusat. Meski harga makanan yang dijual di Lenggang Jakarta lebih mahal dari yang ditawarkan pedagang kaki lima (PKL), namun Ahok menjamin pedagang tidak main curang dengan menjual makanan berbahan kimia.
Saya jamin nggak ada bahan kimia di sini, nggak ada beras plastik. Jadi turis juga bakal datang
"Saya jamin nggak ada bahan kimia di sini, nggak ada beras plastik. Jadi turis juga bakal datang," ujar Basuki saat peresmian pusat kuliner Lenggang Jakarta, Jumat (22/5).
Pertunjukan Seni Budaya Jadi Daya Tarik Lenggang Jakarta
Basuki menambahkan, penataan PKL di kawasan Taman Monas dengan membangun pusat jajanan kuliner Lenggang Jakarta ini sebenarnya telah diwacanakan sejak lama. Tepatnya ketika ibu kota masih berada di bawah kepemimpinan Gubernur Joko Widodo. Tapi, di era kepemimpinan Basuki, wacana itu akhirnya bisa direalisasikan.
"Pembangunannya baru terlaksana di awal tahun 2014," tuturnya.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengutarakan, sentra kuliner Lenggang Jakarta dibangun menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari kelompok usaha Rekso Group PT Sosro.
"Kenapa saya ngotot beresin PKL? Karena Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) periksa makanan di sini, hampir semua tidak memenuhi syarat," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, relokasi PKL di dalam areal Lenggang Jakarta sebelumnya sempat terkendala akibat adanya perlawanan dari sejumlah pedagang. Terutama dari para oknum yang mengaku sebagai koordinator pedagang dan mengklaim memiliki lapak.
"Yang protes kami banyak, dari pedagang dan calo. Begitu ditraining kabur mereka. Ngecap nggak bisa berdagang dan mulai gugat saya kehilangan rejeki," tuturnya.
Basuki menambahkan, meski harganya lebih mahal, jajanan kuliner yang dijual di Lenggang Jakarta lebih terjamin keamanannya ketimbang dagangan PKL liar di Taman Monas. Jika tempat ini telah ramai dikunjungi pengunjung, para pedagang diyakini dapat meraup omzet Rp 10-15 juta per bulan.